Subscribe:

Ads 468x60px

Pages

Selasa, 10 Maret 2015

Perkembangan Terkini Fiber Otik

Penggunaan Serat Optik di Industri: WIMAX dan Data Center Menuju Teknologi Hijau


Seperti yang kita ketahui bersama, bahwa manusia mengembangkan budaya dan merevolusi teknologi sesuai dengan kebutuhan manusia. Seiring perkembangan zaman, muncul revolusi digitalisasi pada perkembangan teknologi komunikasi hingga komputerisasi yang diciptakan oleh manusia untuk mempermudah pekerjaan menjadi lebih efektif dan efisien. Media komunikasi digital pada dasarnya hanya adatiga, yaitu tembaga, udara dan kaca. Tembaga kita kenal sebagai media komunikasisejak lama, telah berevolusi dari hanya penghantar listrik menjadi penghantar elektromagnetik yang membawa pesan, suara, gambar dan data digital.Berkembangnya teknologi frekuensi radio menambah alternatif lain media komunikasi, kita sebut nirkabel atau wireless, sebuah komunikasi dengan udarasebagai penghantar. Tahun 1980-an kita mulai mengenal media komunikasi yanglain yang sekarang menjadi tulang punggung komunikasi dunia, yaitu serat optik, sebuah media yang memanfaatkan pulsa cahaya dalam sebuah ruang kaca berbentuk kabel.

Tentunya, pada saat sekarang ini, kabel fiber optic atau kabel serat optik telah mengubah wajah teknologi industri informasi. penggunaan fiber optik untuk jalur komunikasi digital, jauh lebih efektif dan lebih menghemat biaya, mutu dan waktu. Selain itu, keuntungan fiber optik pada green Data Center adalah pemanfaatan energi yang lebih rendah konektivitas optik 10G memberikan kontribusi untuk performa yang lebih ramah lingkungan dan juga optimasi jalur pemanfaatan ruang yang diperlukan untuk mendukung mobilitas green data center.

PENGGUNAAN SERAT OPTIK PADA WiMAX

Biasanya Serat Optik digunakan untuk menghubungkan dari Gateway menuju Base station seperti gambar dibawah ini.  Dikarenakan antar Gateway menuju Hub sangat jauh, maka penggunaan Fiber Optik sangat diperlukan sebagai media penghubung. Hal ini sangat efektif dalam mengurangi terjadinya latency daripada menggunakan layanan VSAT atau Wireless Local Loop.
Kemudian, ZTE dengan brilian mengembangkan idenya untuk memisahkan lokasi RRU dengan BBU. Pada sistem yang lama, maka RRU berada pada 1 rack dengan BBU. Namun sekarang tidak lagi, RRU dimodifikasi menjadi anti hujan dan diletakkan dekat dengan antena sektor. Disini peran fiber optik terlihat, yaitu sebagai media penghubung antar BBU dengan RRU. Seperti gambar dibawah, keuntungannya sudah jelas dapat meningkatkan power serta meluaskan cakupan hingga  lebih luas 30% daripada menggunakan sistem lama
Berikut ini merupakan diagram gambar Base Station WiMAX dengan  no 6 & 8 adalah Kabel Serat optik.
 
1. Lightning rod
2. Antenna
3. ZXMBW R9110 chassis
4. Main antenna feeder
5. DC power cable
6. Field operational fiber
7. DC power cable
8. Field operational fiber
9. Tower
10. Feeder window
11. Cabling through
12. BBU
13. Power distribution box
Perbandingan Serat Optik dengan VSAT (WiMAX)
Adapun perbandingan serat optik dengan VSAT (WiMAX) dapat diuraikan sebagai berikut :
 
PENGGUNAAN SERAT OPTIK PADA DATA CENTER
 
Data Center yang secara harafiah berarti pusat data, adalah suatu fasilitas untuk menempatkan sistem komputer dan equipment-equipment terkait, seperti sistem komunikasi data dan penyimpanan data. Fasilitas ini mencakup catu daya redundant, koneksi komunikasi data redundant, pengontrol lingkungan, pencegah bahaya kebakaran, serta piranti keamanan fisik. Pada era ICT (Information and Communication Technology) saat ini, Data Center telah menjadi satu issue penting di dunia, khusunya bagi para pelaku bisnis. Sebagai inti dari layanan bisnis, maka Data Center harus mampu memberikan layanan optimal, sekalipun terjadinya suatu bencana, sehingga bisnis dalam suatu korporasi harus tetap bertahan hingga menghasilkan laba. Berawal dari peran Data Center yang sangat signifikan, serta dikaitkan dengan berbagai issue yang ada pada Data Center saat ini, terutama Disaster Recovery Planning, maka kajian secara komprehensif dan holistik mengenai Data Center, telah menjadi critical issue bagi suatu institusi bisnis sebagai User dan profitable issue bagi produsen penyedia infrastruktur dan equipment Data Center. Secara umum Data Center terbagi dua berdasarkan fungsinya : Internet Data Center, biasanya hanya dioperasikan untuk kebutuhan Internet Service Provider dan Corporate Data Center, dimiliki oleh suatu korporasi atau institusi, untuk mengoperasikan proses bisnis, dengan menggabungkan layanan Internet dan Intranet.
Aspek-aspek yang harus diperhatikan saat mendesain dan merencanakan Data Center adalah
  • Lokasi yang aman serta memenuhi Syarat Sipil Bangunan seperti : Geologi, Vulkanologi dan Topografi.
  • Mempunyai Sistem Cadangan untuk Sistem Catudaya,
  • Mempunyai Sistem Tata Udara
  • Mempunyai Sistem Pengamanan
  • Mempunyai Sistem Monitoring Lingkungan
  • Mempunyai Sistem Komunikasi Data
  • Serta menerapkan tata kelola standar Data Center, meliputi : Standar Prosedur Operasi, Standar Prosedur Perawatan, Standar dan Rencana Pemulihan dan Mitigasi Bencana, serta Standar Jaminan Kelangsungan Bisnis.
Kriteria perancangan sebuah Data Center yang ideal :
Availability atau Ketersediaan Data Center diciptakan untuk mampu memberikan operasi yang berkelanjutan dan terus-menerus bagi suatu perusahaan baik dalam keadaan normal maupun dalam keadaan terjadinya suatu kerusakan yang berarti atau tidak. Data Center harus dibuat sebisa mungkin mendekati Zero-Failure untuk seluruh komponennya. Scalability dan Flexibility Data Center harus mampu beradaptasi dengan pertumbuhan kebutuhan yang cepat atau ketika adanya servis baru yang harus disediakan oleh Data Center tanpa melakukan perubahan yang cukup berarti bagi Data Center secara keseluruhan. Security Data Center menyimpan berbagai aset perusahaan yang berharga, oleh karenanya sistem keamanan dibuat seketat mungkin baik pengamanan secara fisik maupun pengamanan non-fisik.
Tier atau Level pada Data Center merupakan perancangan Data Center yang berangkat dari kebutuhan yang ada, dan kemudian didefinisikan pada berbagai perlengkapan IT yang diperlukan beserta pemilihan teknologi berbarengan dengan perencanaan infrastruktur Data Center yang lain. Menurut Telecommunication Industry Association (ANSI/TIA-942), ada 4 Tier atau 4 Level dalam dalam perancangan Data Center, yang setiap tiernya menawarkan tingkat availabilitas yang berbeda disesuaikan dengan kebutuhan suatu Data Center, diantaranya :
1. Tier-I Basic
2. Tier-II Redundant Components
3. Tier-III Concurently Maintainable
4. Tier-IV Fault Tolerance
Maraknya isu lingkungan hidup terutama Global Warming telah menjadi tema sentral saat ini, tidak terkecuali bagi pelaku bisnis teknologi ICT. Ada berbagai sorotan, gagasan, dan usulan ICT yang berbasis kepada upaya penyelamatan lingkungan hidup demi kemaslahatan umat pada masa yang akan datang, diantaranya Data Center. Selama ini, keberadaan Data Center identik dengan : kebutuhan catu daya listrik yang sangat besar untuk proses komputasi yang kontinnyu (Non Stop), yang akan berdampak pada permasalahan Energi. Menurut lembaga riset global, IDC dan Gartner. IDC menilai bahwa untuk setiap US$1 investasi piranti keras di Data Center, akan muncul tambahan biaya US$0,5 pada Power dan Sistem Pendinginan. Angka tambahan ini naik dua kali lipat dari jumlah tahun sebelumnya. Gartner bahkan memprediksi separuh dari Data Center di dunia pada 2008 akan kekurangan kapasitas Power dan Cooling akibat krisis Energi. Dari permasalahan tersebut, dibutuhkan model baru Data Center yang ramah lingkungan atau Green Data Center.
Untuk menerapkan Green Data Center, banyak hal yang harus dilakukan, diantaranya : Mengaudit efisiensi Data Center, Menggunakan UPS yang memiliki efisiensi hingga 97%, Virtualisasi Server dan Storage Data Center. Selanjutnya, lalukan konsolidasi data Server dan Storage, Penggunaan fitur Manajemen Energi pada CPU, Penggunaan Power Supply dan Voltage Regulator tersertifikasi, Adopsi distribusi Energi terefisien dan Adopsi Sistem Cooling terbaik. Dua langkah terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah menerapkan prioritas tindakan dalam mereduksi Energi sekaligus menonaktifkan peralatan ICT yang sudah dalam kondisi idle di sebuah Data Center.
Korelasi Hijau (kW-hr, CO2 Emisi dan Investasi)
Pada Gambar 7 diilustrasikan penghematan energi kumulatif sebagai fungsi dari 10G elektronik chassis optik dan switch tembaga dan konsumsi energi pendinginan. Menurut sumber energi terakhir, untuk setiap jam-kW dibutuhkan untuk daya 10G elektronik, 2-2.5 kW-jam daya yang biasanya diperlukan untuk pendinginan. Pemanfaatan energi yang lebih rendah konektivitas optik 10G memberikan kontribusi untuk performa yang lebih ramah lingkungan.
 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
Blogger Templates